Saturday, May 26, 2012

Kedubes Jepang Tawarkan Beasiswa untuk Lulusan SMA

Pemerintah Jepang membuka tawaran beasiswa (Monbukagakusho) bagi pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) dari seluruh Indonesia yang memenuhi syarat. Hal itu disampaikan dalam siaran pers Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, Senin (14/5/2012).
Beasiswa diberikan bagi mereka yang lulus persyaratan untuk melanjutkan ke jenjang-jenjang pendidikan Universitas (S-1), College of Technology (D-3), atau Professional Training College (D-2) di Jepang mulai tahun akademik 2013 (April 2013).
Pelamar hanya bisa mendaftar 1 (satu) program dari S-1, D-3, atau D-2. Sejumlah syarat yang diterapkan antara lain (1) Lahir antara tanggal 2 April 1991 dan tanggal 1 April 1996. (2) Nilai rata-rata ijazah atau rapor kelas 3 semester/cawu terakhir minimal: 8,4 untuk program S-1, 8,0 untuk program D-3, dan 8,0 untuk program D-2
Jika pada saat penutupan (15 Juni 2012) nilai ijazah asli belum bisa dikeluarkan, maka nilai ijazah sementara dari Kepala Sekolah bisa diterima.
Pelamar harus lulus dari SLTA, atau akan lulus maksimal 31 Maret 2013. Lebih lanjut, formulir bisa diunduh dari situs Kedubes Jepang di alamat ini.
Formulir yang dikirimkan harus disertai fotokopi rapor, ijazah, dan nilai ijazah sampai tanggal 15 Juni 2012. Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Kedutaan Besar Jepang di bagian Pendidikan, dengan nomor 021-3192-4308 Ext. 175, 176.

From kompas.com
read more

Friday, May 25, 2012

Rumput Laut Matikan Bakteri Jerawat

Beberapa penelitian sebelumnya, menunjukan bahwa roti panggang selai rumput lain lebih efektif menurunkan berat badan dari pada pergi ke gym. Hal ini dikarenakan rumput laut mampu membakar lemak dalam tubuh lebih cepat.
Tetapi, penelitian baru menunjukan khasiat lain dari rumput laut. Tanaman hijau berlendir ini dipercaya dapat membantu mengusir jerawat.
Rumput laut yang tergabung dalam thyme berfungsi efektif sebagai pengobatan alami untuk mengatasi bintik-bintik keras pada wajah. Penemuan obat kulit terbaru ini telah diluncurkan dalam Clinical and Experemintal Dermathology. Hampir dari 64 persennya mampu mengurangi pertumbuhan jerawat tersebut.
Sebuah rumput laut coklat, mengandung senyawa aktif yang disebut Phycosaccharide ACP. Kandungan ini telah diuji cobakan pada 60 peserta laki-laki muda dengan jerawat ringan selama dua bulan.
Hampir separuh dari seluruh peserta memberikan laporan tentang penurunan yang signifikan, di beberapa tempat inflamasi dan komedo. Penurunan jerawat ini hanya berlangsung selama 8 minggu.
Rumput laut cokelat ini juga dikenal dengan sebutan “Laminaria digita”. Umumnya rumput laut ini ditemukan di Britany, Perancis. Para ilmuwan percaya bahwa rumput laut coklat memiliki kemampuan membunuh bakteri jerawat dalam waktu satu hingga lima belas menit, setelah dioleskan pada kulit.
Jerawat mulai berkembang ketika folikel rambut di kulit Anda tersumbat dengan minyak alami yang dihasilkan oleh kulit, atau biasa dikenal dengan sebum.  Selain itu, hal ini juga disebabkan oleh masuknya hormon testoron, sehingga meningkatkan produksi sebum di kulit.

from vivanews.com
read more

Daun Cantik Pembunuh Kanker Payudara

Peterseli bukan sekadar dekorasi hidangan atau garnish. Tumbuhan yang dikenal dengan nama latin Petroselinum crispum itu merupakan herbal yang memiliki "sejuta" manfaat untuk tubuh. Salah satunya melawan ganasnya kanker payudara. 
Tim peneliti dari Universitas Missouri menemukan kandungan zat bernama apigenin dalam peterseli dan seledri yang ampuh melawan kanker payudara dan beberapa jenis tumor yang berhubungan dengan hormon progestin.

"Kami tahu bahwa apigenin memperlambat perkembangan sel kanker payudara dengan tiga cara: dengan menginduksi kematian sel, menghambat proliferasi sel, dan dengan mengurangi reaksi gen yang berhubungan dengan pertumbuhan kanker," kata Salman Hyder, peneliti studi, dikutip Huffington Post.

Profesor biomedis itu menambahkan, dalam uji menggunakan tikus percobaan terungkap bahwa asupan apigenin memicu penyempitan pembuluh darah yang berperan memberi makan sel-sel kanker.

"Ketika pembuluh lebih kecil berarti aliran nutrisi terbatas. Ini otomatis juga akan menghalangi penyebaran sel tumor dan kanker," kata para peneliti yang menerbitkan hasil studinya di Jurnal Hormon dan Kanker.

Tanaman Obat Terbaik di Dunia Dr Denice Moffat, ahli nutrisi dari American Naturopathic Medical Association, mengatakan bahwa peterseli merupakan satu dari tujuh tanaman obat paling mujarab di dunia, selain jahe, oregano, kayu manis, kunyit, sage, dan bubuk cabai merah.

Peterseli sangat kaya nutrisi. Selain tinggi zat besi, daun "suci" Yunani itu juga mengandung kalsium, protein, asam folat, betakarotin, klorofil, zat antoksidan, zat antibakteri, serta vitamin A, B12, dan C.

Selain melawan kanker, dedaunan yang ditanam sejak 2.000 tahun lalu itu bisa diandalkan untuk mengatasi berbagai keluhan seperti anemia, gangguan pencernaan, liver, tekanan darah tinggi, kolesterol, ginjal, paru-paru, hormonal perempuan, atau gangguan menstruasi, gangguan penglihatan, batuk, demam, dan bau mulut.

Konsumsi peterseli bisa dilakukan dengan mencampurnya langsung ke dalam masakan atau sajian jus buah. Untuk terapi kesehatan, bisa juga dengan merebusnya. Namun, jangan mengonsumsi peterseli dalam porsi berlebih karena kandungan minyaknya bersifat racun. Wanita hamil dan menyusui sebaiknya tak mengonsumsinya.

from vivanews.com
read more

Friday, May 18, 2012

Fisika Tidak Mudah, Tapi Indah

Apa yang ada di benak kalian ketika mendengar kata mekanika, kalor, listrik, magnet, dan relativitas? Bagi anda yang pernah duduk di bangku SMP dan SMA pasti sudah mengenal kelima kata tersebut. Maafkan saya apabila di antara kalian ada yang trauma setelah diingatkan kembali dengan kelima kata tersebut, dan tidak perlu berterima kasih juga bagi kalian yang begitu gembira dan semangat ketika mendengar kata-kata tersebut.
Di sini saya tidak berpihak kepada siapa pun. Hanya saja, ada yang perlu kalian ketahui di luar sana daripada hanya mengingat hasil ulangan yang membuat anda kecewa atau mengingat begitu pintarnya anda ketika mendapatkan nilai tertinggi dalam mata ujian fisika. Selamat bagi anda yang sudah mampu mencengkeram fisika hingga mengantarkan anda berdiri di atas podium untuk menerima penghargaan, dan tetaplah untuk berpikir positif bagi anda yang dulu atau saat ini kurang beruntung dengan fisika. Kalau para ilmuwan mengatakan bahwa kimia merupakan the center of science, maka saya berani mengatakan bahwa fisika adalah a beautiful angel yang akan membawa kita menuju perubahan dan peradaban besar. Namun, tidak banyak para pemuda yang tahu, karena mereka masih terikat dengan paradigma-paradigma yang membuat mereka tidak bisa merasakan keindahan fisika.
Paradigma-paradigma seperti hanya mengandalkan belajar secara pasif, sistem kejar materi semalam, menghapal banyak rumus, dan anggapan bahwa fisika itu tidak lebih dari sekedar kebutuhan kurikulum sekolah, masih membelenggu kreatifitas berpikir sebagian dari para pelajar. Parahnya lagi, banyak dari mereka yang masih mempercayakan nasibnya pada rumus-rumus instan. Itu bukan cara yang tepat dalam memperlakukan fisika. Sama seperti disiplin ilmu lainnya, fisika perlu pemahaman dan kreatifitas. Pemahaman dan kreatifitas itu tidak akan datang hanya dari belajar secara pasif dan dalam satu malam saja, tapi datang dari kerja keras, cara belajar yang tepat, dan kebiasaan kita untuk berlatih menyelesaikan soal-soalnya secara rutin. Jangan membelenggu diri kita sendiri dengan kebiasaan-kebiasaan yang keliru. Coba saja simak cara belajar dari para pemenang Olimpiade Fisika Internasional.
Apakah mereka hanya golongan orang-orang yang memiliki IQ tinggi saja? Tidak! Mereka adalah orang-orang yang mau mengurangi sedikit waktu tidurnya untuk memahami, memperkuat konsep dasar, dan berlatih soal-soal dari mulai tingkat kesulitan yang rendah hingga tingkat kesulitan yang paling tinggi secara rutin. Ketika kebiasaan tersebut rutin kita lakukan, kita akan terbiasa untuk memodifikasi persamaan dari konsep dasar sesuai dengan kebutuhan dalam memecahkan permasalahan-permasalahaan fisika, sesulit apa pun itu.
Seperti apa yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa tidak hanya orang yang memiliki IQ tinggi saja yang bisa menguasai fisika, tetapi semua orang yang mempunyai kemauan untuk bekerja keras pun bisa. Namun, bukan berarti fisika itu mudah. Ukuran susah dan mudah itu sangat relatif. Kita hanya perlu visualisasi yang tepat dalam memahami setiap konsepnya, dan pemahaman itu baru bisa kita dapatkan apabila kita telah mengenal filosofi fisika dengan baik. Syarat fundamental tersebut sangat diperlukan dalam memulai belajar fisika, tentunya didukung dengan semangat dan motivasi yang tinggi. Motivasi itu bisa datang dari mana saja, salah satunya dari mimpi. Kita tidak dilarang untuk bermimpi. Mimpi adalah aset mesin waktu[1] kita yang sangat berharga. Cukup kita bayangkan bagaimana jadinya menjadi orang yang mampu menguasai fisika, mendapatkan nilai yang bagus dalam ujian, menjadi pemenang dalam olimpiade, apalagi mampu memenangkan hadiah nobel. Lalu, kita bayangkan tatapan mata semua orang yang kagum dan gemuruh tepuk tangan saat kita berdiri di atas podium. Mimpi-mimpi tersebut akan memberikan semangat yang luar biasa untuk melakukan terobosan-terobosan baru dalam memahami konsep-konsep fisika dan menemukan ide orisinilnya. Pemahaman konsep dasar yang kuat adalah kunci utama dalam menjawab permasalahan fisika di segala kondisi.
Sejak duduk di bangku SMP dan SMA kita dikenalkan dengan beragam rumus-rumus fisika, mulai dari kinematika, dinamika, optik, momentum, impuls dan beragam materi mekanika lainnya. Namun, masih sering dijumpai beberapa pelajar yang selalu bertanya “Untuk mengerjakan soal ini rumusnya apa?” padahal sebelumnya dia sudah mempelajari persamaan dari beberapa hukum fisika yang sebenarnya menjadi konsep dasar dari solusi soal yang dia tanyakan. Bedanya, untuk soal tersebut diperlukan sedikit modifikasi dan kreatifitas. Contoh lain, misalnya ada seseorang yang diperintahkan untuk mengerjakan 100 soal mekanika. Akibat dari kebiasaannya yang lebih mengedepankan hapal rumus daripada paham konsep, dia menyalahkan si pembuat soal, karena tidak ada satu soal pun yang cocok dengan contoh soal yang dia temukan di dalam buku. Padahal, semua permasalahan mekanika yang dia jumpai hanya perlu sedikit modifikasi dari persamaan hukum Newton.
Sebenarnya, perumusan fisika secara matematis itu datang belakangan. Mengenai keberadaan fisika itu sendiri bermula dari kekaguman manusia terhadap hal-hal yang dihadapinya, baik mikrokosmos (alam kecil) maupun makrokosmos (alam besar), hingga akhirnya tertarik untuk mengadakan penelitian. Bagaimana Newton bisa menggagas teori gravitasi? Bagaimana Michael Faraday bisa menggagas hukumnya tentang GGL induksi elektromagnetik? Semuanya berasal dari ketertarikan dan rasa ingin tahu yang besar. Kumpulan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang yang dipadukan secara harmonik dalam suatu bangun yang teratur itu terkumpul menjadi sebuah ilmu pengetahuan. Namun, pernyataan secara kualitatif saja belum cukup, seperti apa yang dikatakan oleh Lord Kelvin, bahwa “Pernyataan fisika itu belum lengkap apabila tidak disertai dengan data matematis.” Misalnya, kita tahu bahwa galaksi bima sakti itu luas, tapi seberapa luaskah itu luas? Bagaimana luasnya jika dibandingkan dengan galaksi andromeda? Atau, kita merasakan bahwa air itu panas, tapi seberapa panas air itu panas? Bagaimana dengan panas tubuh orang yang sedang demam? Seberapa panas tubuhnya panas? Seberapa besar perbedaan panas antara air panas dengan tubuh yang demam tersebut? Kita tidak bisa menjawabnya tanpa menggunakan data matematis.
Ada sebuah cerita menarik yang bisa kita terapkan dalam mempelajari fisika. Cerita tentang sebuah ember, batu-batuan, pasir, dan air. Pada mulanya, ember belum terisi apa-apa, dan di sekitar ember itu tersedia batuan dari mulai batu besar, batu kerikil, pasir, dan air yang harus mengisi penuh ember tersebut dengan proporsional. Sebaiknya kita mulai mengisi ember tersebut dengan batu besar terlebih dahulu hingga penuh, lalu kita mengisinya dengan batu-batu kerikil hingga penuh, kemudian mengisinya kembali dengan pasir hingga penuh, baru kita isi dengan air hingga penuh. Hasil akhir, kita akan mendapatkan ember yang berisi batu besar, batu kerikil, pasir dan air dengan proporsional.
Sebaliknya apa jadinya apabila kita mengisi terlebih dahulu ember tersebut dengan air hingga penuh? Sebagian air akan tumpah kembali saat kita memasukan pasir, batu kerikil dan batu besar. Sesuai dengan hukum archimedes bahwa: “Jika benda tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair, maka zat cair tersebut akan dipindahkan sebesar volum benda yang dicelupkan.” Hasilnya, pengisian ember dengan air sebelumnya menjadi sia-sia. Kisah ini mengajarkan bagaimana seharusnya belajar fisika dengan baik dan benar. Apabila otak kita diisi terlebih dulu dengan hapalan-hapalan rumus baru setelah itu mengerjakan soal, ingatan rumus-rumus dalam otak kita bisa tumpah dan sia-sia, karena tidak ada fondasi kuat yang menahannya. Seharusnya kita isi dengan pemahaman yang kuat terlebih dulu, baru setelah itu kita terjemahkan dalam bentuk persamaan matematis. Poin penting yang harus kita perhatikan selanjutnya adalah visualisasi dalam belajar fisika. Dalam mempelajari fisika, sebaiknya tidak hanya sekedar membaca buku, dan pasif di kelas saja. Cobalah keluar dan temukan peristiwa-peristiwa yang menarik di alam sekitar kita. Banyak sekali fenomena-fenomena fisika yang begitu cantik apabila kita amati dan kita renungkan. Misalnya, fenomena optik sederhana seperti kenapa sayap kupu-kupu dan bulu burung merak memancarkan warna-warna yang begitu cantik? Padahal, tidak dihasilkan oleh molekul pemberi warna atau pigmen. Tidak hanya itu, fenomena serupa seperti aurora, pelangi, matahari kembar, halo, fatamorgana dan masih banyak lagi yang lainnya.
            Fisika adalah a beautiful Angel. Seperti malaikat, fisika akan membawa kita menuju perubahan dan peradaban besar. Bagaimana tidak? Pasalnya, peralatan canggih yang hampir sering kita jumpai sekarang mayoritas adalah peralatan-peralatan fisika, seperti kipas angin, dispenser, rice cooker, oven, televisi, telefon seluler, motor, mobil, dan masih banyak lagi. Meskipun di samping itu terdapat pula konsekuensi dari efek negatifnya. Hampir semua disiplin ilmu sains bahkan ilmu sosial memerlukan konsep fisika. Biologi tidak akan berkembang dengan pesat tanpa adanya peralatan-peralatan biofisika yang membantu dalam melakukan penelitian seperti mikroskop, termometer, neraca, pendingin dan peralatan lainnya. Begitu pun dengan disiplin ilmu sains lainnya, tidak terlepas dari keberadaan fisika, dari mulai elektro dengan fisika listrik, astronomi dan kosmologi dengan astrofisika, telekomunikasi dengan fisika elektromagnetik, kimia dengan fisika material, pertambangan/geologi dengan geofisika, hingga ilmu ekonomi dengan ekonofisika.
            Pada saat bumi ini masih gelap gulita di setiap malam hari, dan belum ditemukan peralatan teknologi yang mempermudah pekerjaan manusia, kehidupan terasa sangat sulit dan melelahkan. Berbeda dengan masa sekarang. Tidak perlu pergi jauh-jauh untuk melihat saudara-saudara kita atau hanya sekedar menyampaikan rasa rindu karena kita memiliki televisi dan telefon, tidak perlu khawatir lagi akan ketinggalan informasi karena teknologi informasi semakin deras, tidak perlu repot-repot menggambar untuk mengabadikan atmosfer kebersamaan bersama keluarga karena kita memiliki kamera dengan bentuk dan aplikasi yang semakin bervariasi. Kita tidak perlu bingung bagaimana caranya melintasi samudra, karena kita memiliki pesawat. Hampir setiap aktifitas yang kita lakukan berkaitan erat dengan fisika. Jadi, tidak ada alasan lagi bagi orang-orang yang tidak menyukai fisika untuk menjauhi fisika.
            Selain di siang hari, sempatkanlah di malam hari untuk menatap langit yang berisi banyak sup galaktik yang cantik. Alam semesta ini terlalu indah untuk kita sia-siakan. Penciptaannya yang begitu apik dan tertib. Semuanya telah diatur sedemikian rupa oleh Sang Pencipta. Mulai dari bagaimana gaya gravitasi matahari yang dikerjakan oleh matahari pada bumi dan planet-planet lain bisa bertanggungjawab untuk mempertahankan planet-planet pada orbitnya mengelilingi matahari, gaya gravitasi yang dikerjakan oleh bumi pada bulan bisa menjaga bulan pada orbitnya dalam mengelilingi bumi, hingga banyaknya bintang, batuan meteor, planetoid, planet-planet dalam galaksi yang berbeda namun masih bisa bertahan dan berdampingan satu sama lain. Semakin kita mengenal fisika, semakin banyak fenomena-fenomena yang sebelumnya dianggap tabu dan mistik kini terungkap secara ilmiah. Selain itu, kita bisa mengenal Allah lebih dekat dengan melihat semua fenomena alam semesta sebagai hasil penciptaan-Nya.
            Sudah saatnya kita hilangkan ketergantungan terhadap paradigma-paradigma yang selama ini kita anggap benar, padahal keliru. Belajar fisika tidak sekedar hanya membaca buku dan pasif di kelas, apalagi masih menerapkan sistem kejar materi semalam, dan menghapal banyak rumus. Tapi, belajar fisika itu dimulai dengan membangun fondasi yang kokoh dari memahami konsep, kemudian kita terjemahkan dalam bentuk persamaan matematis, dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan masalah yang kita hadapi. Fisika tidak Mudah, karena permasalahan fisika adalah permasalahan alam, sedangkan alam semesta ini tidak terbatas. Namun, kita akan mampu menghadapi sesulit apa pun permasalahan fisika, ketika kita berhasil memahami dan mengembangkan konsep dasarnya secara rutin dalam bentuk persamaan matematika sesuai dengan kebutuhan masalah yang kita hadapi, insting kita dalam memecahkan permasalahan fisika akan terbentuk dan kita akan merasakan keindahan yang membuat candu dalam setiap misteri yang disajikan oleh alam semesta ini.

[1] Mesin waktu yang dimiliki manusia adalah ingatan dan mimpi. Jika kita ingin pergi ke masa lalu, kita hanya perlu mengingatnya. Sedangkan jika kita ingin pergi ke masa depan, kita hanya perlu bermimpi.

From netsains.net
read more

Ketika Tempe Menjadi Elit

Ketergantungan produk pangan kita terhadap bahan baku yang berasal dari impor, tentu bukan hal baru. Semenjak krisis hingga sekarang belum sedikit pun kita mampu mencapai kesuksesan kita berswasembada pangan di awal tahun 90-an. Padahal dari segi potensi sumber daya alam, bukan hal yang mustahil kita dapat menjadi bangsa pengekspor bahan pangan dunia. Tetapi mengapa ada kecenderungan “impor minded” bukan “domestic minded” ? Apakah kita sudah terlanjur berbangga dengan produk-produk asing?
Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menganggap produk impor memiliki kualitas lebih bagus dibandingkan produk dalam negeri. Dari berbagai survei, ternyata konsumer kita masih import minded. Banyak yang berpendapat kalau produk dalam negeri jelek, lebih bagus luar negeri. Hingga tanpa kita sadari produk lokal kita, sebagian besar telah mengandung komponen impor hingga mendekati angka 100%, ambil contoh tempe yang biasa kita konsumsi setiap hari. Makanan yang sering dinyatakan sebagai makanan asli Indonesia dan telah menjadi konsumsi sehari-hari sebagian masyarakat Indonesia, ternyata barang “impor”, karena kandungan lokal yang ada pada tempe hanya sekitar 33 persen, sementara 67 persen lainnya merupakan komoditas dari impor. Sehingga pada akhirnya tanpa kita sadari tempe kita telah menjadi elit. Tetapi bukan karena kemasannya tetapi elit karena berbahan baku impor
Beralih dari persoalan tempe yang menjadi karena berbahan baku impor, dalam persoalan budaya hari ini bahasa asing adalah sesuatu yang saat ini menjadi fokus titik perhatian banyak orang tua saat mencari sekolah bagi anaknya. Bahasa Inggris, bahkan bahasa ketiga, bahasa Mandarin misalnya seolah menjadi pertanda dari sebuah sekolah yang baik. Semakin banyak orang tua begitu berambisi untuk semakin dini mendorong anak-anaknya mampu berbahasa Inggris? Hingga tumbuh kuat pandangan bahwa bahwa kita menjadi modern (maju) saat bisa berbahasa Inggris dan segala yang kita lakukan sehari-hari terkait hal-hal yang datang dari luar (diimpor).
Impor dan Persoalan Budaya
Kalau ditinjau motivasinya secara pribadi, kemungkinan ada beberapa faktor di belakangnya. Pertama orang tua memang berencana untuk menyekolahkan anaknya di luar negeri atau untuk pindah berdomisili keluar Indonesia. Ini muncul dari faktor kebutuhan. Kedua, yang saya amati lebih banyak terjadi, motivasi orang tua lebih banyak didasari gengsi. Bangga rasanya saat anak bisa mengucap kata-kata berbahasa asing. Mungkin seperti itu tadi, ada perasaan maju atau modern. Jadi ini tumbuh lebih karena gengsi atau istilah kerennya lifestyle. Atau mungkin orang tua merasa tenang saat anaknya mampu mengucap kata-kata dalam bahasa Inggris.
Tapi kalau kita coba bertanya kritis, untuk mayoritas kita masyarakat Indonesia, apakah ada kebutuhan anak untuk segera bicara bahasa asing, berkomunikasi secara aktif misalnya dalam bahasa Inggris? Di rumah, apakah komunikasi dijalankan dalam bahasa Inggris? Lalu di masyarakat luar rumahnya? Bahasa Inggriskah? Saya kira jawabannya tidak. Lalu apa dan bagaimana selanjutnya, ini yang harus kita lihat lebih jauh.
Bahasa pada dasarnya adalah sangat kultural, terkait erat dengan kebudayaan. Karena kultural, tentunya kemampuan berbahasa adalah juga terkait erat faktor genetis. Faktor genetis sangat mudah dijelaskan melalui dialek atau logat. Kenapa masyarakat Jawa langgam bahasanya sangat berbeda dengan masyarakat Maluku atau Batak, misalnya. Kebudayaan sangat terkait dengan situasi atau konteks sebuah masyarakat. Pada negara-negara di Eropa, bahasa-bahasa tumbuh dari rumpun bahasa yang berdekatan. Ini yang menyebabkan bahasa Jerman dan Belanda mirip satu sama lain. Logika dan struktur bahasanya serupa. Dan karena secara geografis kultur yang berbeda sangat berdekatan, pertukaran budaya sangat mudah terjadi, sehingga masyarakat di sana cenderung lebih mudah untuk menguasai bahasa yang berbeda.
Berbeda halnya dengan Jepang, misalnya. Walaupun kita tahu masyarakatnya secara intelegensi sangat cerdas, mereka cenderung lebih sulit menguasai bahasa kedua. Kita tahu cukup sulit orang-orang Jepang untuk menguasai bahasa Inggris misalnya. Sama halnya dengan orang Korea. Kalau kita amati mungkin karena Jepang adalah negara kepulauan dan ini punya pengaruh besar dalam proses mereka belajar berbahasa asing.
Berangkat dari latar belakang ini tentu akan terdapat persoalan tersendiri disaat anak didik kita harus menguasai bahasa asing, terutama bahasa inggris yang saat ini diterapkan dibeberapa sekolah internasional. Meski menurut Mendikbud Prof. M. Nuh penggunaan bahasa Inggris di sekolah internasional bukan melunturkan budaya Indonesia justru dengan bahasa asing tersebut, para siswa bisa melakukan ekspansi ke dunia internasional. Tentu ekspansi yang dimaksud oleh Prof. M. Nuh adalah upaya kita mengejar kesenjangan dengan negara-negara asing, dan sebagaimana kita ketahui hal ini bukan pada penguasaan bahasa tetapi pada penguasaan teknologi. Akar permasalahan bukan pada bahasa tetapi pada ilmu pengetahuan, sebab hal terpenting bukanlah mengejar penguasaan bahasa asing melainkan ilmu dari negara-negara asing. Negara seperti Jepang, China, Korea berhasil menjadi negara “raksasa” bukan dengan meninggalkan bahasa ibunya. Jepang memulainya dengan memiliki lembaga penerjemah sendiri sehingga semua buku asing yang masuk ke negara itu bisa diterjemahkan ke bahasa Jepang. Dalam teori psikolinguistik, sepandai-pandainya orang berbahasa kedua, tetap saja bahasa pertama yang diingat. Janganlah kita terjebak untuk membuat warga kita “minder” sejak dini, karena mereka melihat bahwa bahasa Inggris itu lebih maju sehingga bisa membuat mereka mengabaikan bahasa Indonesia.
Bagaimanapun yang namanya bahasa pertama (first language – dalam bahasa Inggris) tidak pernah bisa digantikan dengan bahasa asing. Jadi memang bahasa pertama harus pertama-tama dikuasai sebelum seseorang mempelajari bahasa kedua. Bahasa adalah bukan sekedar sebuah keterampilan atau skill, dia punya peran luar biasa dalam pembentukan identitas seseorang. Bahasa punya keterkaitan luar biasa dengan proses pembentukan kesadaran dan kedewasaan budaya seseorang. Sebagai sebuah proses, menjadi dewasa adalah sesuatu yang memerlukan waktu dan tidak dapat dengan begitu saja dipercepat atau dilewati tahapan-tahapannya. Bahasa asing, tidak hanya bahasa Inggris adalah keterampilan yang menjadi luar biasa penting dalam era informasi dan komunikasi ini. Saat kita mampu menguasai banyak bahasa asing, hal ini akan sangat menentukan bagaimana kita bisa berinteraksi secara global. Yang harus diperhatikan adalah jangan sampai kita menjadi asing justru di masyarakat kita sendiri.

From netsains.net
read more

Pembelajaran Perlu Menyenangkan

Sejarah telah menunjukkan bahwa anak-anak pada jaman Yunani Kuno telah menganggap sekolah sebagai suatu kegiatan yang mengasyikkan dan menyenangkan karena mereka dapat mempelajari berbagai hal yang ingin mereka ketahui diwaktu senggang. Sehngga pada saat kali pertama disebut kata school, asal mula kata sekolah berasal dari bahasa latin yakni kata skhole, scola, scolae atau schola, kata itu secara harfiah berarti “waktu luang” atau “waktu senggang”. (Roem Topatimasang, 1998). Kata skhole, scola, scolae dan schola digunakan untuk menyebut sebuah kegiatan yang dilakukan oleh orang Yunani Kuno untuk mengisi waktu luangnya. Menggunakan waktu senggangnya untuk mengunjungi suatu tempat atau seseorang pandai tertentu untuk mempertanyakan dan mempelajari hal-ikhwal yang mereka rasakan memang perlu dan butuh untuk mereka ketahui. Semua asal kata sekolah ini mempunyai arti yang sama yaitu ”waktu luang yang digunakan secara khusus untuk belajar” (leisure devoted to learning).
Pada perkembangannya, kebiasaan mengisi waktu luang mempelajari sesuatu itu akhirnya tidak lagi semata-mata jadi kebiasaan kaum lelaki dewasa. Kebiasaan itu juga kemudian diberlakukan bagi para putra-putri mereka. Di tempat itu, anak-anak bisa bermain, berlatih melakukan sesuatu, dan belajar apa saja yang memang patut untuk dipelajari sampai tiba masanya mereka harus pulang kembali ke rumah menjalankan kehidupan orang dewasa. Sejak saat itulah telah beralih sebagian dari fungsi scola matterna (pengasuh ibu sampai usia tertentu), yang merupakan proses dan lembaga sosialisasi tertua umat manusia, menjadi scola in loco parentis (lembaga pengasuhan anak pada waktu senggang di luar rumah, sebagai pengganti ayah dan ibu). Itulah pula sebab mengapa lembaga pengasuhan ini kemudian biasa disebut juga ‘ibu asuh’ atau ‘ibu yang memberikan ilmu’ (alma mater). Dan melalui John Amos Comenius dalam karyanya yang berjudul Didactica Magna, melontarkan gagasan untuk melembagakan pola dan proses pengasuhan anak-anak itu secara sistematis. Gagasan ini kemudian diteruskan dan disempurnakan oleh Johan Heinrich Pestalozzi pada abad ke-18.
Sekolah Hari Ini
Dengan membandingkan asal kata sekolah sebagai secuil sejarah tentang bagaimana sekolah itu terbentuk, tentu memberikan kesimpulan bagi kita tentang bagaimana sekolah sebaiknya dilaksanakan dan diciptakan. Sekolah sendiri tidak bisa dipisahkan begitu saja dengan peran dan fungsinya sebagai tempat pembelajaran pengetahuan yang bertujuan mengasah kemampuan berpikir, kepedulian dan potensi-potensi lain yang dimiliki seorang anak manusia. Sehingga yakin dan pasti semua pihak akan mengungkapkan bahwa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di sekolah formal dan menciptakan suasana belajar yang berkelanjutan amat diperlukan. Pada titik ini nampaknya tidak ada yang membantah. Masalah muncul ketika kemudian masuk ke langkah aplikasi, sebagian besar merasa: ribet, sulit, dan melelahkan.
Bayangkan, untuk mengajar kreatif itu saya perlu berfikir, survey, terus mengantisipasi apabila anak-anak jadi lebih ribut, dan masih berfikir bagaimana alat peraganya, bagaimana cara menilanya, bagaimana menyusun Silabus dan RPPnya. Sudah pasti selain sulit pasti repot, bukannya menjadi tidak menyenangkan apabila sesuatu itu menjadi repot untuk kita laksanakan. Setidaknya itu sebagian komentar beberapa rekan pendidik tentang pembelajaran yang menyenangkan dikelas.
Tetapi satu hal yang pasti kita semua tahu belajar menyenangkan itu penting. Kita juga diharapkan untuk menciptakan kondisi tersebut. Terkait hal tersebut dalam buku “Genius Learning Strategy” Andi Wira Gunawan menegaskan bahwa sesungguhnya tidak ada mata pelajaran yang membosankan, yang ada adalah guru yang membosankan, suasana belajar yang membosankan. Hal ini terjadi karena proses belajar berlangsung secara monoton dan merupakan proses perulangan dari itu ke itu juga tiada variasi. Proses belajar hanya merupakan proses penyampaian informasi satu arah, siswa terkesan pasif menerima materi pelajaran.
Suatu penelitian tentang “cara kerja otak” menunjukkan bahwa ketika kita senang, maka hormon “neorotransmitter dopamine” dilepaskan dalam otak. Hal itulah yang membuat kita merasa senang. Judy Willis (2006) mengemukakan bahwa kita membutuhkan dopamine mengalir di dalam otak peserta didik, ketika mereka belajar. Kesenangan itu harus menjadi bagian dari pembelajaran. Semakin para siswa aktif terlibat dalam sebuah kegiatan pembelajaran, semakin otak mengalami perubahan.
Menurut Dr Siti Aminah Soepalarto, SpS seorang ahli penyakit syaraf, metode pembelajaran yang berlangsung saat ini dengan penyajian lebih menitik beratkan pada rangsangan dengar (auditory) berupa latihan (drill), pengulangan, orientasinya detail, kurang melibatkan proses pemecahan suatu masalah, sangat sesuai dengan pola belajar pada otak kiri, dimana individu tersebut kurang hiperaktif dan tidak mendapatkan terlalu banyak rangsangan. Masalah mulai timbul karena pada generasi anak saat ini dimana dengan berkembangnya budaya, sejak kecil anak telah diberi banyak rangsang penglihatan (visual), misalnya rangsangan dari TV dll; sehingga pola pembelajaran anak bergeser kearah otak kanan dengan pola berpikir secara visual dan lemah dalam menerima rangsang dengar (auditory) tetapi mempunyai kemampuan untuk pemecahan masalah. Hal ini mengakibatkan jurang antara anak didik dan guru menjadi lebar, karena pola pembelajaran disekolah tidak sesuai dengan pola pembelajaran yang dibutuhkan; sekolah menjadi tidak sejalan dengan pikiran anak. Sementara itu para pendidik yang umumnya adalah populasi dengan pola otak kiri, seperti juga pada dominasi otak kiri lainnya, mempunyai kelemahan berupa kesulitan untuk dapat memahami bahwa orang lain mempunyai cara pandang yang berbeda dalam memproses keadaan. (Freed 1997).
Otak Untuk Belajar
Sebelum kita dapat menciptakan kondisi belajar yang baik bagi anak, ada beberapa hal yang kita perlu ketahui dari proses kerja otak pada saat belajar. John Medina, seorang biologi molekuler perkembangan dan konsultan penelitian dalam bukunya Brain Rules, menyebutkan 12 fakta tentang cara kerja otak sebagai berikut
Bergerak melejitkan kemampuan otak; Otak kita dirancang untuk berjalan kaki, sekitar 19 kilometer per hari, selama masa evolusi nenek moyang kita. Ketika kita bergerak, darah akan terpompa ke otak, mengalirkan oksigen dan glukosa. Aerobik 2 kali seminggu memangkas resiko terkena dementia (penurunan kapasitas otak) dan menurunkan resiko sampai 60% terkena Alzheimer.Aturan pertama ini menjelaskan mengapa kita mudah bosan ketika duduk diam di dalam kelas atau ruang kerja. Tanpa pergerakan membuat oksigen yang mengalir ke otak berkurang sehingga dianggap sebagai sinyal beristirahat (jadi menguap kan kalau kelamaan duduk?). Persoalannya, ruang kelas dan kerja kita didesain dengan asumsi kita diam ketika belajar dan bekerja. Bila tubuh kita diam maka otak kita diam. Bergeraklah sambil belajar dan bekerja. Sekurang-kurangnya, lakukan pergerakan 10 menit setelah belajar atau bekerja.
Otak kita juga berevolusi; Otak adalah organ bertahan hidup kita dalam menjalani evolusi. Kita mengatasi dunia dengan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Kita bukan makhluk yang terkuat di bumi ini, tapi otak kita berkembang menjadi yang terhebat. Otak kita berkembang selama menangani penyelesaian persoalan dan membangun relasi dengan orang lain. Kemampuan memahami persoalan dan membangun relasi dengan orang lain menjadi aktivitas bertahan hidup utama, bahkan hingga hari ini. Bukan saja di sekolah, kedua kemampuan itu juga kita butuhkan di tempat kerja. Sehingga bila kita tidak nyaman dengan orang lain maka kita tidak bisa efektif. Ketika murid tidak nyaman dengan gurunya maka belajar menjadi tidak efektif. Ketika bawahan tidak nyaman dengan atasannya maka bekerja menjadi tidak efektif. Belajar menyimak motivasi orang lain dan bangun relasi agar otak kita bekerja efektif.
Setiap otak tersusun secara berbeda; Otak dari kecil mengalami perkembangan yang luar biasa. Ada serangkaian hubungan yang terbangun antar ujung syaraf seiring dengan penghilangan hubungan yang lain. Apa yang kita lakukan dan pelajari dalan kehidupan mengubah bentuk fisik otak kita, mengubah susunan otak kita. Setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda dalam menjalani hidup. Tidak ada dua otak manusia yang sama yang menyimpan informasi yang sama dengan cara yang sama di tempat yang sama. Ada jutaan cara untuk menjadi cerdas sebagaimana diyakini konsep kecerdasan majemuk Howard Gardner. Sayangnya, banyak diantaranya tidak muncul dalam tes IQ. Praktisnya perlakukan diri kita dan orang lain sebagai individu unik yang mempunyai cara belajarnya sendiri.
Kita tidak memperhatikan hal-hal membosankan; Otak bisa diibaratkan sebagai lampu sorot (spotlight) yang menyorot berbagai macam hal di sekitarnya. Lampu sorot otak ini hanya dapat fokus pada satu hal pada satu waktu: Tidak ada multitasking bagi otak. Lampu sorot otak itu menyukai sesuatu yang membangkitkan emosi dan mudah beralih ketika menyorot sesuatu yang membosankan. Ceramah atau pembicaraan yang biasa-biasa saja hanya mendapat perhatian dari otak kita kurang dari 10 menit. Praktisnya: Pancing perhatian orang yang mendengarkan kita bicara setelah 10 menit melalui cerita yang menyentuh emosi. Hindari interupsi dalam mengerjakan suatu tugas karena akan meningkatkan jumlah kesalahan.
Ulangi untuk Mengingat; Otak itu ibarat mesin pengolah informasi yang mempunyai beragam mekanisme. Salah satunya, declarative memory yang mempunyai 4 tahap pengolahan informasi: mengodekan, menyimpan, memanggil dan melupakan. Kalau kita mengingat informasi dengan cara yang biasa-biasa saja, maka kita akan segera melupakan. Ibarat ketemu cewek yang biasa-biasa saja maka kita segera melupakan begitu saja. Beda kalau pertama bertemu begitu mempesona, wah sampai rumah pun masih terbayang-bayang wajahnya. Semakin rumit kita mengodekan informasi semakin kuat memori itu. Praktisnya kaitkan suatu informasi baru dengan informasi lama. Buat jembatan keledai untuk merangkai suatu informasi. Ulangi untuk mengingat suatu informasi dengan pola yang berbeda.
Ingatlah untuk mengulang; Sebagian besar memori menghilang dalam hitungan detik. Proses melupakan itu bagus karena kita tidak perlu menyimpan informasi yang tidak relevan dan membantu menentukan prioritas. Ingatlah yang sekarang, bukan masa lalumu (uhuk). Tapi bila kita ingin mengingat suatu informasi, maka ingatlah untuk mengulang. Praktisnya ingatlah suatu informasi secara bertahap dan mengulanginya dalam jeda waktu yang terpola waktunya.
Tidur baik, berpikir pun baik; Otak mengalami ketegangan terus menerus sepanjang hari. Bahkan ketika tidur pun, otak kita tidak sepenuhnya beristirahat. Otak tetap aktif secara ritmis selama kita tidur. Kurang tidur akan menurunkan perhatian, pengambilan keputusan, memori kerja, mood, keterampilan kuantitatif, penalaran bahkan ketangkasan motorik oleh sebab itu tidurlah secukupnya.
Otak yang stress tidak belajar secara sama; Otak kita terlatih untuk menghadapi bahaya atau stress dalam durasi pendek, semacam ancaman dari hewan buas. Stress yang ringan meningkatkan kinerja kita, stress kronis melumpuhkan kemampuan kita belajar. Kita punya otak satu, otak yang sama yang kita pakai di rumah, sekolah maupun kantor. Stress di suatu tempat akan berpengaruh pada kinerja kita di tempat lain. Jangan stress dengan membangun relasi dan emosi yang stabil di rumah, itu kuncinya
Rangsanglah lebih banyak indera; Kita menyerap informasi tentang suatu kejadian melalui indera, menerjemahkan dalam bentuk sinyal listrik, menyebarkan ke bagian otak terpisah dan ketika mengingat kita merekonstruksikan ingatan kejadian itu. Semakin banyak indera yang mendapatkan informasi atas suatu kejadian maka semakin mudah kita merekronstruksi ingatan akan kejadian tersebut. Hasil riset, Efek Proust, bau dapat memicu memori, hingga 10-50% lebih baik. (apa bau badanmu sekarang? *eh salah). Bau bahkan memicu emosi kita. Gunakan multisensori dalam menyampaikan penjelasan ke murid atau bawahan, paling tidak kata dan gambar. Bila perlu ciptakan ruangan yang baunya bisa diasosiasikan positif.
Penglihatan mengungguli indera-indera kita; Kita tidak melihat dengan mata kita, kita melihat dengan otak kita. Apa yang kita lihat bukanlah yang terlihat, tapi apa yang diberitahukan otak untuk kita lihat. Tak heran maka kita sering terjebak menilai orang dari tampilan luar, karena memang begitu cara kerja otak kita. Kita paling bagus belajar dan mengingat dengan gambar, bukan kata-kata tertulis atau terucap. Mendengar sekarang maka 3 hari kemudian hanya teringat 10%, sementara dengan melihat kita masih mengingat 65%. Teks mencekik otak kita, otak tidak mengenal kata-kata, tapi mengenal gambar. Ketika mengingat “Gajah pakai baju warja merah”, kita akan “melihat” gambar gajahnya, bukan tulisan g-a-j-a-h. Buang powerpoint yang penuh dengan teks dan poin-poin. Gunakan gambar yang berasosiasi dengan suatu informasi untuk belajar.
Otak pria dan wanita berbeda; Kalangan kesehatan mental sudah mengenali perbedaan antara pria dan wanita. Pria lebih mudah terkena schizophrenia dibandingkan wanita. Dengan rasio 2 banding 1, wanita memiliki kecenderungan lebih tinggi mengalami depresi dibandingkan pria, temuan setelah wanita mengalami pubertas dan terus stabil sampai 50 tahun berikutnya. Pria dan wanita merespon stress dengan cara yang berbeda. Pria mengaktifkan amygdala di sebelah kanan otak mereka, wanita mengaktifkan sebelah kiri. Aktivasi sebelah kiri akan membuat orang lebih mengingat detil, aktivasi sebelah kiri akan membuat orang mengingat intinya. Kelola kelas dengan pengaturan gender berbeda. Buat tim lintas gender dalam dunia kerja.
Kita adalah penjelajah alami yang kuat; Hasrat untuk mengeksplorasi begitu besar dalam diri kita. Hasrat itu tetap ada meski kita berada dalam ruang kelas dan ruang kerja. Bayi adalah model cara kita belajar. Bukan dengan pasif terhadap lingkungan, tapi aktif berksplorasi, melakukan pengamatan, membuat dugaan, lakukan pengujian dan kesimpulan. Hebatnya, beberapa bagian otak dewasa tetap lentur seoerti bagian otak bayi supaya kita dapat menciptakan syaraf-syaraf dan mempelajari baru sepanjang hayat.
Penelitian mutakhir sistem kerja otak sebagaimana diuraikan oleh Caineand Caine (1991) dalam bukunya Making connection: Teaching and human brain, bahwa intelegensi seseorang ternyata bersifat dinamis dan dapat berkembang. Lebih daripada itu, intelegensi tidak hanya berkaitan dengan aspek cognitive semata, tetapi berkaitan pula dengan emosi, sehingga disebut dengan Emotion Intellegence yang disingkat EQ (sebagai pelengkap IQ). Bukti-bukti menunjukan bahwa dalam keberhasilan pendidikan seseorang peranan IQ hanya sekitar 20 %. Sisanya 80 % sebagian besar ditentukan oleh EQ dan faktor kedewasaan sosial. EQ adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan aspek-aspek psikologis dalam diri sendiri yang mencakup a) amarah, b) kesedihan, c) rasa takut, d) kenikmatan, e) cin+a, f) terkejut, g) jengkel, dan, h) malu. Kemampuan mengendalikan aspek psikologis diperlukan agar EQ ini bisa bekerja secara harmonis dengan IQ. Singkat kata, kalau EQ baik otak akan dapat bekerja dengan baik pula. Dengan fakta-fakta tentang kerja otak ini, kekreatifan guru menjadi salah satu cara dalam meningkatkan mutu pendidikan. Jika guru kreatif, siswa yang menjadi anak didiknya akan mengikuti pelajaran dengan senang. Jika siswa senang, pelajaran yang disampaikan guru akan cepat dipahami siswa dan pada akhirnya siswa bisa mengembangkan ilmu yang diterimanya. Oleh karenanya penting sekali pembelajaran itu untuk menjadi menyenangkan setiap siswa.

From netsains.net
read more

Thursday, May 17, 2012

Bagaimana memilih jurusan dan universitas di luar negeri

Saya sering mendapat pertanyaan dari pejuang beasiswa luar negeri (biasanyaAustralian Developmen Scholarship atau ADS) yang bernada seperti ini:
“saya alumni jurusan xxx dari uiversitas yyy. Saat ini saya sedang bekerja di zzz. Jurusan apa yang kira-kira cocok untuk saya dan di universitas mana ya?”
Karena saya tidak bekerja sebagai konsultan pendidikan, pertanyaan ini tidak mudah dijawab. Lebih tidak mudah lagi karena bidang ilmu si penanya sangat amat jauh dengan apa yang sedang saya pelajari. Awalnya saya senyum-senyum saja menerima pertanyaan seperti ini dan di kesempatan lain ada perasaan kurang nyaman juga. Coba dibayangkan, misalnya, ada orang yang memiliki latar belakang aktuaria (jangan khawatir, saya juga tidak tahu barang apa ini) dan tiba-tiba mengirim email pada saya dan minta nasihat jurusan dan universitas yang tepat. Saya yakin seyakin-yakinnya si penanya ini tidak tahu bahwa saya adalah sarjana Teknik Geodesi yang pekerjaannya bercengkrama dengan peta dan sekali-sekali berurusan dengan perbatasan.

Lambat laun saya menjadi terbiasa. Tidak jarang ada email yang bertanya tentang penelitian ekonomi, linguistik, psikologi, olah raga hingga kajian gender. Percayalah, tidak mudah bagi seorang surveyor seperti saya untuk memberi masukan apalagi petunjuk studi yang tepat bagi para penanya ini. Tapi biasanya saya beri masukan perihal cara memilih jurusan dan sekolah. Maka ini saya tuliskan agar bisa dibaca lagi oleh siapa saja yang mengalami kesulitan serupa.
Jika bidang ilmu Anda seperti bidang ilmu saya yang tidak popular, urusannya biasanya lebih mudah. Di Australia, misalnya, tidak banyak universitas memiliki jurusan Teknik Geodesi atau ilmu bumi yang spesifik seperti yang saya pelajari. Akibatnya, saya tidak mengalami kesulitan dalam memilih jurusan dan universitas. Jika Anda belajar bidang ilmu yang sangat umum seperti ekonomi atau politik, misalnya, urusannya bisa jauh lebih rumit.
Pertama, seorang pelamar barus menentukan bidang kajian yang diinginkan. Jika belum tahu bidang yang diinginkan, berarti Anda perlu menentukan dulu. Diskusi soal ini tentu saja bisa tiga hari tiga malam tidak selesai, jadi saya serahkan pada Anda untuk menentukannya. Pertimbangannya tentu saja bisa terkait pekerjaan yang dilakukan sekarang atau pekerjaan yang diinginkan di masa depan atau passion pribadi Anda yang mungkin tidak selalu terkait dengan trend dan pekerjaan di masa depan. Silakan menimbang-nimbang dan kemudian menentukan. Percayalah, yang paling tahu hal ini adalah mereka yang menekuni bidang ini.
Jika sudah cukup jelas bidang yang ingin dikaji, mulailah membaca buku atau artikel jurnal atau koran atau laporan terkait bidang tersebut. Yang perlu diutamakan adalah publikasi ilmiah seperti jurnal terkini di bidang tersebut. Jika tidak punya akses terhadap jurnal ilmiah, bisa menggunakan Google Scholar. Coba cari bidang kajian tersebut di Google Scholar maka artikel yang muncul dipastikan adalah artikel ilmiah. Ini penting agar Anda terhindar dari informasi tidak sahih yang saat ini bertebaran di dunia maya. Dengan banyak membaca bidang yang akan ditekuni, Anda mulai tahu nama ahli dan juga institusi tempat ahli itu bernaung. Dengan begini, Anda mulai bisa meraba-raba, institusi mana yang nantinya menjadi pilihan. Jika sama sekali tidak punya gambaran apa yang harus dibaca, coba main ke kampus tempat Anda menamatkan S1 dulu. Coba ngobrol dengan dosen pembimbing atau teman yang jadi dosen sekedar untuk menyegarkan ingatan akan keilmuan Anda. Biasanya akan ada ide. Jika Anda sudah bekerja, ngobrol dengan akademisi ini sangat bagus karena kedua belah pihak akan untung. Anda disegarkan dengan teori mapan, sang akademisi juga mendapat perspektif yang segar dari ‘dunia nyata’.
Jika Anda akan kuliah dengan komponen penelitian yang banyak (Master by Research atau PhD) maka membaca jurnal ilmiah ini sangat penting. Ini bisa jadi modal untuk menghubungi professor sebagai calon pembimbing. Jika Anda akan sekolah dengan sistem coursework, maka membaca jurnal ini setidaknya bisa memberi gambaran institusi mana yang cocok. Jurnal itu tentu ditulis oleh seorang pakar dan pakar itu pasti bernaung di sebuah institusi. Demikianlah caranya menentukan institusi. Jika Anda belum menemukan mood membaca karena sudah terlalu lama berada di luar ruang kelas, coba ikuti seminar di bidang keilmuan Anda. Jika malas membaca, biasanya bisa dirangsang dengan mendengar dan melihat dulu.
Cara lain adalah dengan melakukan pencarian menggunakan mesin pencari seperti Google. Jika sudah yakin dengan bidang kajian yang diminati maka lakukan pencarian dengan kata kuncinya tertentu dengan tambahan pembatasan bahwa pencarian itu khusus untuk mencari universitas saja. Caranya adalah dengan menambahkan ekstensi domain yang sesuai. JIka mencari bidang ilmu/kajian di universitas Australia maka harus menggunakan ekstensi domain universitas Australia. Anda harus tahu bahwa domain institusi pendidikan di Australia adalah edu.au. Indonesia misalnya menggunakan ac.id. Amerika menggunakan edu, Inggris menggunakan ac.uk, Belanda menggunakan nl, Singapura memakai edu.sg dan seterusnya. Misalnya jika Anda ingin belajar aktuaria di universitas di Australia maka coba ketikkan di Google actuarial studies site:edu.au. Hasilnya adalah website institusi pendidikan di Australia yang ada ada kata actuarial. Jika ingin menkuni pemetaan atau geodesi di Australia, coba surveying site:edu.au. Ini akan memudahkan Anda untuk memilih.
Setelah mendapatkan website beberapa universitas, kunjungi website tersebut dan pelajari program yang ada di situ. Umumnya program mereka akan sangat lengkap, terutama ada silabus/kurikulumnya. Biasanya ada juga daftar mata kuliah dan isinya secara singkat. Dengan memahami ini Anda akan mendapat gambaran yang lebih jelas apa yang bisa diharapkan jika belajar di program/jurusan tersebut. Selain melihat programnya, perhatikan juga penelitian dan terutama publikasi dosen/professor di jurusan/program tersebut. Biasanya, di websitenya akan ada link yang menjelaskan staff/dosen/peneliti yang bekerja di tempat itu. Masing-masing staf akan dijelaskan sedemikian rupa, misalnya soal sejarah pendidikannya, ketertarikan penelitiannya dan publikasi terkininya. Dengan memperhatikan itu, Anda akan bisa memahami seberapa produktif staf di jurusan tersebut. Semakin banyak publikasinya, tentu semakin baik. Dari daftar publikasi itu Anda juga akan tahu seberapa cocok bidang yang Anda minati dengan keahlian orang-orang yang ada di jurusan tersebut.
Selain soal publikasi, biasanya ada juga berita terkait peran jurusan itu di masyarakat atau asosiasi profesi terkait. Misalnya, seberapa sering stafnya ikut konferensi, mengadakan workshop, kerjasama dengan pemerintah, punya proyek dengan dunia industri dan sebagainya. Semakin banyak hal tersebut, semakin bagus peran jurusan itu di masyarakat, artinya Anda boleh menduga bahwa semakin terjamin pula kualitasnya, meskipun ini tidak selalu benar. Jika Anda berencana belajar di universitas tesebut dengan beasiswa maka harus dicek apakah beasiswa tersebut bersedia mendanai Anda untuk belajar di universitas pilihan itu. Beasiswa ADS misalnya memiliki daftar universitas tertentu yang diijinkan. Jika hasil pencarian Anda tidak termasuk dalam daftar ini maka artinya Anda tidak bisa melamar Beasiswa ADS. Solusinya, pilih universitas lain atau pilih jenis beasiswa lain.
Untuk mengkonfirmasi kualitas suatu jurusan/universitas, coba juga cari orang Indonesia yang sedang atau pernah sekolah di jurusan tersebut. Caranya? Dengan menghubungi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di universitas tersebut. Belum tahu caranya? Coba gunakan Google dengan kata kunci “Indonesian Students” “University of X” atau “Perhimpunan Pelajar Indonesia” “University of X”. Jika masih kesulitan, coba lihat website oisaa.org dan cari PPI di negara yang dimaksud. Setelah ketemu kontak/website PPI suatu negara, coba tanyakan PPI di universitas yang Anda inginkan. Di Australia, misalnya, PPI itu berjenjang, mulai dari PPI Australia Pusat yang menaungi satu negara, PPI Cabang dengan lingkup negara bagian dan PPI ranting yang berada di suatu universitas. Jika yang Anda cari memang ada, pasti akan dibantu. Kalau saja Anda serius untuk melakukan pencarian ini dalam waktu 1 jam saja, saya yakin PASTI bisa mendapatkan kontak. Soal ada respon atau tidak, itu adalah cerita lain. Dengan jejaring social saat ini, mencari orang atau organisasi adalah pekerjaan yang sangat amat mudah.
Kadang ada yang bertanya, selain kualitas bidang ilmu tertentu di sebuah institusi, apalagi pertimbangan lain untuk memilih universitas. Salah satu yang sering dipertimbangkan adalah rangking universitas tersebut menurut standard umum, misalnya menurut Times Higher Education. Di Australia, misalnya ada konsorsium Group of Eight yg mengklaim sebagai delapan universitas dengan kualitas khusus di Australia. Anda mungkin juga ingin menjadi mahasiswa dari salah satu universitas tersebut untuk alasan kualitas atau prestise. Bagaimanapun juga prestise itu penting meski urusan kualitas diri itu seringkali adalah urusan diri sendiri.
Tulisan ini bisa menjadi satu buku yang sangat tebal karena ada banyak sekali pertimbangan dalam memilih jurusan atau sekolah di luar negeri. Yang ingin saya tekankan sekali lagi adalah bahwa memilih sekolah itu sebaiknya didasarkan pada riset mendalam yang dilakukan sendiri dengan kriteria yang ditetapkan. Beberapa kriteria itu sudah saya contohkan di atas. Yang jelas, bertanya pada seseorang secara singkat dengan kalimat “Universitas X dan Y itu bagus mana ya?” tidak selalu mendapatkan jawaban yang memuaskan. Untuk membandingkan, harus ada kriteria yang jelas. Tidak jarang calon mahasiswa mementingkan gedung yang mentereng atau lokasi yang strategis dekat pusat perbelanjaan dibandingkan jumlah koleksi buku/jurnal di perpustakaan universitas tersebut. Mana yang ingin Anda bandingkan? Sepemahaman saya, tidak ada satu institusipun yang segalanya lebih baik dari institusi lain. Rangking itu relatif, tergantung kriteria yang dipakai.
Sebelum bertanya, ada baiknya kita menyempatkan diri melakukan pencarian sendiri sebisa mungkin. Akan lebih baik jika kemudian kita bertanya pada orang lain dengan kalimat “saya sudah mengunjungi website universitas A, B, C dan D lalu membandingkan criteria X, Y, Z dari keempatnya. Saya kira Univesitas C ada di posisi yg lebih baik dari tiga universitas lainnya. Yang belum berhasil saya temukan adalah soal Z. Apakah Mas/Mbak bisa membantu saya mendapatkan informasi ini?” Berkaca pada diri sendiri, saya akan jauh lebih bersemangat membantu orang dengan gaya seperti ini. Saya yakin, banyak orang lain juga demikian. Selain ini bedampak sehat bagi orang yang ditanya, bersekolah pada dasarnya adalah sebuah proses pencarian mandiri. Latihan untuk Ini bisa dimulai saat mencari jurusan dan universitas yang tepat. Selamat berjuang.

From netsains.com
read more

Friday, May 11, 2012

Antusiasme dan Kejenuhan Belajar

Atas kegalauannya seorang teman menulis di akun facebooknya “Bapak/ibu saya seorang guru SD dan punya masalah besar yang sangat mendesak untuk diselesaikan, mohon bantuan, karena saya juga dalam taraf belajar: hari ini dari 37 anak di kelas hanya 16 anak saja yang mengerjakan PR. Saya merasa marah akan hal tersebut namun tidak dapat berbuat banyak. Saya minta nasehat kira-kira apa yang harus saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut. hal ini memang sudah sering saya alami namun biasanya hanya 1 atau 2 anak saja. Namun hari ini, saya rasa sudah amat keterlaluan. Mohon pendapat dari rekan-rekan seperjuangan”. Bagi guru muda ini alasan pemberian PR adalah agar siswa mau belajar di rumah karena biasanya anak hanya belajar jika ada PR atau mau ulangan saja. Selain itu juga untuk melatih kedisiplinan dan tanggung jawabnya.
Sebagai pendidik, kita tentu sering menjumpai kejadian yang serupa tetapi mempertanyakan apa yang menjadi penyebabnya itu tentu persoalan lain. Entah harus menganggapnya biasa atau mengharukan hingga pengalaman ini harus dibagi seorang guru melalui media sosial seperti facebook. Meski berbagi dalam jejaring social seperti facebook menjadi hal yang wajar, tetapi tetap saja hal ini menjadi sesuatu yang tidak biasa. Sebab sejauh ini jarang sekali seorang guru yang berbicara tentang anak didiknya, tentang mengapa siswa tidak berprestasi baik, tentang mengapa siswa selalu ramai atau tidur dikelas, hingga tentang mengapa siswa selalu meninggalkan kelas untuk sekedar membeli sesuatu dikantin sekolah. Dibandingkan dengan berkeluh kesah tentang kesejahteraan, kinerja teman guru, belanja terbaru, ataupun cerita kesuksesan keluarganya.
Perilaku siswa tentu tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan pembelajaran di sekolah, karena itu seorang guru harus peduli terhadap apa yang dialami serta perubahan yang terjadi pada siswanya. Kerapkali para guru tidak menyadari bahwa jebakan rutinitas seperti duduk, diam, mendengarkan dan menulis, tuntutan standar keberhasilan belajar yang tinggi, tugas rumah yang menumpuk dan perilaku introvert malu bertanya kepada guru padahal belum bisa, merupakan rutinitas setiap hari di sekolah. Dengan siswa yang memiliki kebutuhan dan kemampuan belajar yang berbeda, membiarkan pembelajaran menjadi monoton dan tidak bervariasi tentu bukan hal yang manusiawi. Kalau sudah begini, sudah pasti yang akan dialami siswa adalah kejenuhan belajar. Tanpa melihat umur dan status, secara manusiawi hal ini dapat menimpa siapa saja termasuk siswa.
Istilah kejenuhan atau burn out pertama kali dikemukakan oleh Herbert J. Freudenberg pada tahun 1974. Secara harfiah, arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti bosan. Freudenberg menggambarkan seseorang yang mengalami kejenuhan terlibat secara somatis dengan fungsi tubuhnya, seperti secara terus menerus merasa kehilangan energi dan sangat lelah, tidak mampu menghabiskan waktu untuk melakukan sesuatu yang berarti, menderita sakit kepala berkepanjangan, mengalami gangguan pencernaan, gangguan tidur, hingga sesak nafas. Perilaku seseorang yang mengalami kejenuhan ditunjukan dengan begitu mudah cepat marah, mudah terluka dan menjadi frustrasi.
Dalam pembelajaran di sekolah, siswa sering mengalami kelupaan dan terkadang juga mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar atau dalam bahasa psikolog lazim disebut learning plateau (baca: pletou).  Kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil. Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Sehingga siswa yang bersangkutan menjadi pesimis terhadap keberhasilan belajarnya, hingga tidak jarang menghukum diri sendiri atas ketidak mampuannya tersebut. Kondisi inilah yang kemudian dikenali sebagai gejala keletihan siswa.
Menurut Cross (1974) dalam bukunya The Psychology of Learning, keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yakni: 1) keletihan indera siswa; 2) keletihan fisik siswa; 3) keletihan mental siswa. Khusus untuk penyebab keletihan mental siswa, terdapat empat factor antara lain; 1) Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri; 2) Karena kecemasan siswa terhadap standar keberhasilan bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi, terutama ketika siswa tersebut sedang merasa bosan terhadap bidang studi tersebut; 3) Karena siswa berada ditengah situasi kompetitif yang ketat dan menuntut kerja intelektual yang berat; 4) Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri (self-imposed)
Robert, M. Gagner (dalam Lamudji, 2005), menyebutkan bahwa untuk membuat pembelajaran berpengaruh positif pada siswa dan tidak menimbulkan kejenuhan, dapat dilakukan dengan pemberian motivasi. Membangkitkan motivasi dalam diri peserta didiknya agar semakin aktif belajar, perlu dibangun guru melalui dua jenis motivasi, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. dorongan serta gairah yang timbul dari dalam peserta didik itu sendiri, misalnya mendapat manfaat praktis dari siswaan, mendapat penghargaan dari teman atau guru, hingga ingin mendapat nilai yang baik sebagai bukti “mampu berbuat” merupakan bentuk dari motivasi intrinsik. Sedangkan, dorongan yang mengacu kepada faktor-faktor luar yang turut mendorong munculnya gairah belajar, seperti lingkungan social atau kelompok, lingkungan fisik yang memberi suasana nyaman, tekanan, kompetisi, termasuk fasilitas belajar yang memadai dan membangkitkan minat adalah bentuk motivasi ekstrinsik
Siswa yang Berhasil
Sekolah merupakan misi yang dilaksanakan untuk mencapai bermacam-macam  keinginan siswa  atas pengetahuan dasar, wawasan, peningkatan kemampuan dan pengetahuan yang mendalam (Perkin dalam Sopiatin, 2010).  Sekolah yang berhasil adalah sekolah yang memiliki visi dan misi, keyakinan dan nilai-nilai, tujuan serta objek serta faktor kritis keberhasilan. Sedangkan kualitas sekolah dapat dilihat dari kualitas  input,  kualitas proses, kualitas outcome, dan adanya jaminan mutu terhadap pengguna. Sekolah bermutu merupakan harapan dari semua pihak, sehingga tidak mengherankan jika setiap siswa berlomba untuk dapat diterima disekolah tersebut. Sekolah yang mempunyai kualitas pelayanan pendidikan yang baik dan dapat memberikan kepuasan terkait dengan prestasi belajar siswa.
Seperti halnya musisi, penari ataupun pemain golf, tentu tidak dapat berhasil apabila mereka tidak mempraktekkannya, selain dari membaca ataupun mendengarkan dasar-dasar dan teknik-teknik khusus dalam kelas.  Agar  mencapai keberhasilan dan kesuksesan, siswa harus mampu mengatur dirinya dalam belajar untuk memenuhi tuntutan-tuntutan yang ada agar bisa menjadi siswa yang berhasil dalam pendidikannya. Pengaturan diri dalam hal akademis ini disebut dengan academic self management, suatu strategi pembelajaran yang digunakan oleh siswa untuk mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajarannya (Dempo, 2004). Sehingga menjadi tugas guru untuk membekali siswa dengan kemampuan “self-management”, sebagai teknik memodifikasi perilaku untuk merubah perilaku diri sendiri. Tidak hanya membelajarkan apa yang seharusnya dipelajari, tetapi juga membelajarkan bagaimana belajar.
Mengajarkan siswa untuk mampu mengawasi kinerjanya sendiri (self-monitoring) merupakan langkah awal, membentuk siswa yang bertanggung jawab pada perilaku dan sekaligus tahapan untuk menjadi “agents of change” (Hanson, 1996; Porter, 2002; Rutherford, Quinn, & Mathur, 1996).  Self-monitoring sendiri didefinisikan sebagai praktek pengamatan dan pencatatan akademik dan perilaku sosial seseorang (Hallahan & Kauffman, 2000; Rutherford, Quinn, & Mathur, 1996; Vaughn, Bos, & Schumm, 2000).   Apabila self monitoring seseorang telah terbentuk, maka tahapan selanjutnya adalah penguasaan self management untuk mengelola kemampuan tersebut. Self-management bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa bagaimana mengatur proses pembelajarannya atau mengefektifkan perilakunya. Kembali pada deskripsi permasalahan diawal tulisan ini, maka menjadi penting bagi seorang guru untuk merubah pola berfikirnya tentang siswa yang berhasil.
Siswa yang berhasil bukanlah mereka yang mengetahui sesuatu lebih dari yang lain, tetapi mereka yang memiliki strategi yang efektif dan efisien untuk mengakses dan menggunakan pengetahuan, memotivasi diri sendiri dan dapat memonitor atau mengubah perilaku ketika pembelajaran itu tidak terjadi. Sebab sistem pendidikan formal tidak menjamin siswa untuk sukses. Kesuksesan bukan hanya sekedar kemampuan akademis, tetapi juga kemampuan diri (personal skill) yang baik.  Siswa yang drop-out bukan karena dia memiliki kemampuan yang di bawah rata-rata, tetapi karena dia tidak dapat mengatur dirinya, dalam hal pendidikan. Oleh sebab itu sebagai catatan akhir tulisan ini, seorang guru tidak boleh berputus asa untuk mencari “sejuta cara” agar siswanya menjadi orang-orang yang berhasil dengan mandiri dalam belajar.

From netsains.net
read more

Holographic Memory: Teknologi Penyimpan Data Populer

Jika dulu kita sulit menentukan di tempat mana lagi kepingan-kepingan CD harus disimpan, karena 1 kepingan CD yang hanya mampu memuat 1 atau beberapa film saja sehingga kita harus mengumpulkan banyak CD untuk mengoleksi banyak film. Jika dulu hanya ada perpustakaan sebagai satu-satunya tempat untuk membaca dan meminjam buku yang membuat waktu membaca dan menikmati buku-buku tersebut menjadi terbatas, atau buku ensiklopedia yang sangat besar dan tebal untuk ukuran normal yang merepotkan kita ketika dibawa ke mana-mana, dan keterbatasan alat penyimpan data yang besar untuk menyimpan arsip-arsip dokumen penting kita.
Kini, kita tidak perlu direpotkan lagi oleh hal-hal yang demikian, karena dewasa ini semakin banyak buku-buku dan ensiklopedia elektronik beserta teknologi penyimpan data modern dengan kapasitas yang bervariasi, ekonomis, dan terjangkau seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita bisa mengoleksi banyak buku-buku elektronik atau film-film favorit, sehingga kita tidak direpotkan lagi dengan jam berapa perpustakaan akan tutup, tanggal berapa buku ini harus dikembalikan, atau di mana lagi kita harus menyimpan kepingan-kepingan CD film ini, karena kita bisa menyimpan semuanya dengan hanya sebuah teknologi penyimpan data, dan kita bisa menikmati bacaan dari buku ensiklopedi yang tebal di mana pun dan kapan pun kita inginkan hanya dengan membuka laptop atau netbook saja. Bahkan, kini semakin banyak pula perangkat-perangkat elektronik selain laptop dengan layar sentuh dan ukuran yang praktis untuk bisa kita bawa ke mana-mana seperti tablet.
Tentunya, kita sudah tidak asing lagi dengan teknologi penyimpan data seperti Compact Disc (CD), Digital Versatile Disc (DVD) dan sejenisnya. Namun, Holographic Versatile Disc (HVD) dengan prinsip holographic memory masih hangat dalam perbincangan dunia sains modern saat ini, karena dapat menyimpan 100 milyar bit data atau informasi, mentransfer informasi dengan kecepatan 1 milyar atau lebih bits per sekon, dan proses pembacaan data secara acak hanya dalam waktu 100 mikrosekon, bahkan kurang. Sangat cepat!
Sistem ini diawali dengan penemuan metode holografis pada tahun 1940-an oleh Dr. Dennis Gabor, seorang fisikawan hongaria yang dianugerahi hadiah Nobel pada tahun 1971. Holographic memory adalah teknologi yang memanfaatkan cahaya untuk menyimpan dan merekonstruksi kembali informasi, tepatnya hasil aplikasi dari sebuah fenomena interferensi cahaya. Interferensi adalah hasil kerja sama (superposisi) antara dua gelombang atau lebih yang bertemu di satu titik pada saat yang sama.
Salah satu cahaya yang dimanfaatkan teknologi ini adalah sinar laser karena bersifat monokromatik (memiliki satu panjang gelombang) dan koheren untuk menghasilkan sebuah interferensi cahaya. Syarat terjadinya interferensi cahaya ini adalah koheren, yaitu gelombang-gelombang dengan perbedaan fase yang konstan dan memiliki frekuensi yang sama, atau fase beserta frekuensi dari gelombang-gelombang harus memiliki perbandingan yang tetap satu dengan yang lainnya, dan berasal dari sumber yang sama atau dua sumber yang disinkronisasi.
Prinsip dari holographic memory ini menggunakan optical storage method atau metode penyimpanan optik dengan prinsip interferensi, yaitu ketika cahaya mengenai suatu permukaan yang transparan, sebagian berkas cahaya dipantulkan dan sebagiannya lagi ditransmisikan. Permukaan yang digunakan pada holographic memory ini adalah permukaan dari suatu alat yang dapat memecah sinar laser menjadi dua bagian, alat ini disebut dengan beam splitter. Dua bagian dari sinar laser yang dipecah ini diantaranya adalah bagian signal beam sebagai pembawa kode-kode informasi dan reference beam sebagai sinar acuan. Signal beam ditransmisikan menuju sebuah cermin agar bisa dipantulkan pada Spatial Light Modulator (SLM) sebagai penerjemah informasi dalam sebuah kode-kode biner 0 dan 1 yang tampak pada layar sebagai kotak-kotak gelap dan terang.
Kode-kode biner ini diteruskan oleh SLM, kemudian dipantulkan dan ditransmisikan kembali oleh cermin dan lensa hingga sampai pada sebuah kristal yang sangat sensitif sekali terhadap cahaya seperti kristal Lithium-Niobate (LiNbO3) sebagai media perekam. Sedangkan reference beam dipantulkan oleh beam splitter dan diarahkan dengan bantuan cermin dan lensa menuju sebuah kristal yang sama, sehingga berkas sinar signal beam dan reference beam ini bertemu kembali pada saat bersamaan dan membentuk pola-pola interferensi yang menghasilkan sebuah hologram, salah satu alasan mengapa alat ini dinamakan holographic memory. Data tersimpan dalam kristal LiNbO3 sebagai hologram. Setelah hologram pada kristal LiNbO3 terbentuk, gabungan berkas signal beam dan reference beam yang keluar dari kristal tesebut diarahkan kembali oleh sebuah lensa menuju Charge-coupled device (CCD) camera sebagai pembaca hologram, merubahnya dalam informasi digital dan diteruskan pada komputer. Apabila ingin mendapatkan atau merekonstruksi kembali data-data hologram yang telah tersimpan tadi, kita cukup mengarahkan kembali reference beam dengan sudut dan panjang gelombang sinar acuan yang sama seperti proses pemisahan reference beam oleh beam splitter pada saat penyimpanan informasi dalam kristal LiNbO3 sebagai efek dari fotorefraksi
Siapa sangka interferensi cahaya yang sebelumnya kita anggap sebagai fenomena optik biasa, ternyata diaplikasikan dalam sebuah teknologi penyimpan data yang modern, salah satunya adalah holographic memory. Namun, apa bedanya holographic memory dengan teknologi-teknologi penyimpan data lain seperti CD, DVD, dan Blu-Ray Disc? Seberapa besar keuntungan dan kelebihan dari holographic memory dibandingkan dengan teknologi penyimpan data lainnya? Jelas beda dan lebih unggul! Sebenarnya CD, DVD, Blu-Ray Disc, maupun holographic memory sama-sama menyimpan data dalam kode-kode biner dengan memanfaatkan sifat magnetik dan optik, dan cara kerja CD, DVD, dan Blu-Ray Disc hampir sama, yaitu dengan memberi sinar laser pada permukaan layer dari suatu piringan dan dipantulkan kembali oleh CD/DVD ke sensor yang dikonversi menjadi data elektronik, hanya perbedaannya terletak pada numeric aparture dan panjang gelombang sinar laser yang digunakan (wavelength multiplexing). Sedangkan prinsip holographic memory seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu sinar laser yang dipecah menjadi dua bagian, salah satu bagian diterjemahkan dalam kode-kode biner dan kedua bagian tersebut saling berinterferensi membentuk hologram dalam media perekam. Kapasitas yang dimiliki oleh CD hanya sekitar 783 MB atau setara dengan film selama 1 jam 15 menit. Sebelum adanya holographic memory, Blu-Ray begitu populer dengan kapasitasnya yang mencapai 25 GB atau setara dengan film selama 12 jam 30 menit. Tapi, Semenjak adanya holographic memory, pamor Blu Ray perlahan meredup. Pasalnya, kapasitas yang dimiliki oleh holigraphic memory bisa mencapai 100 TB. Data yang tersimpan dalam media perekam pada holographic memory tergantung pada sudut (angle multiplaxing) dan panjang gelombang sinar laser yang digunakan (wavelength multiplaxing)
Apabila kita ingin menyimpan informasi yang lain kita hanya perlu memvariasikan keduanya. Fantastis bukan? Selain itu pembacaan informasi pada holographic memory bisa dilakukan dengan sangat cepat dan mampu menyimpan informasi 3 dimensi karena informasi disimpan dalam keseluruhan volume dari media perekam yang sebelumnya tidak bisa dilakukan pada CD, DVD, maupun Blu-Ray Disc karena hanya menyimpan data pada permukaan media perekam saja.
Perbandingan keunggulan antara Holographic Versatile Disc (HVD) dengan DVD dan Blu-Ray Disc bisa dilihat pada tabel di bawah ini:
Parameters DVD BLU-RAY HVD
Capacity 4,7 GB 25 GB 12,5 TB
Laser wavelength 650 (red) 406 nm (blue) 532 nm (green)
Disc diameter 120 mm 120 mm 120 mm
Hard coating No Yes Yes
Data transfer rate 11,08 mbps 36 mbps 1 gbps
Percobaan demi percobaan dalam menyimpan informasi dengan holographic memory terus dilakukan oleh para ilmuwan dengan pengujian media perekam lain seperti bahan-bahan photopolymer atau menggunakan media perekam yang telah dimodifikasi seperti Iron-Doped Lithium Niobate Crystal. Mulai dari tahun 1970 oleh Juan J. Amodei, William Phillips and David L. Staebler yang berhasil menyimpan 500 hologram plane wave dalam sebuah Iron-Doped Lithium Niobate Crystal, kemudian Robert A Bartolini dan kawan-kawan berhasil menyimpan 550  gambar hologram  beresolusi tinggi dalam media perekam material polymer yang amat sensitif terhadap cahaya. Pada tahun 1991 ketika masa renaissance dimulai, Fai Mok dalam tulisannya yang dimuat Scientific American berjudul “Holografies Memories” berhasil mendemonstrasikan gambar hologram beresolusi tinggi dari tank dan kendaraan militer lainnya dalam sebuah Iron-Doped Lithium Niobate Crystal atas pendanaan dari U.S. Air Force dan Department of Defense’s Advanced Research Projects Agency. Penelitian demi penelitian terus dilakukan untuk sebuah perubahan besar dalam dunia sains. Setelah diketahui bahwa media perekam dalam  holographic memory tidak hanya menggunakan kristal Lithium Niobate atau modifikasi dari kristal tersebut seperti Iron-Doped Lithium Niobate Crystal, tapi bisa juga menggunakan bahan-bahan photopolymer. Maka, ada harapan besar! Setelah diteliti bahan-bahan photopolymer memberikan hasil penyimpanan yang luar biasa sebagai media perekam jika dibandingkan dengan kristal lithium niobate. Luar biasa!
Bisa dibayangkan di masa yang akan datang ketika holographic memory telah dikembangkan dengan maksimal, kita akan mempunyai teknologi penyimpan data yang mampu menyimpan semua data-data penting kita, baik berupa dokumen, gambar, suara, maupun video. Siapakah yang terbaik dalam mengembangkan holographic memory ini? Di jepang metode holografik ini sedang dikembangkan, salah satunya oleh perusahaan Fuji Film. Di Indonesia? Jangan mau kalah! Ayo kita lakukan riset!

From netsains.net
read more

Zona Bebas Pengangguran

Sejauh mata memandang kota, gedung-gedung begitu menjulang tinggi. Beragam fluktuasi terlihat bergitu kompleks dan membingungkan. Zamrud khatulistiwa yang begitu luas terasa sempit dan mendesak menyesakkan batang tenggorokan dengan polusi bertebaran di sana-sini. Pengangguran di mana-mana, sekitar 8.319.779 penduduk Indonesia yang menjadi pengangguran menurut hasil survei Badan Pusat Statistik bulan Agustus 2010 lalu, dan mirisnya sekitar 710.128 diantaranya adalah lulusan sarjana. Masalah tersebut melengkapi chaos zamrud khatulistiwa. Maka tak heran kalau sepanjang jalanan kota sering ditemukan pengemis, gelandangan, dan anak-anak terlantar. Selain itu angka kriminalitas juga semakin meningkat tajam karena pemikiran yang terlalu sempit dalam menghadapi situasi seperti ini.
Sangat memperihatinkan! Di tengah-tengah kondisi tanah ibu pertiwi yang terus dikuras habis kekayaannya oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, 710.128 orang intelegen kita tidak tahu harus berbuat apa ketika mereka tidak berhasil mendapatkan pekerjaan yang diidamkan, mungkin karena mereka hanya menitikberatkan pekerjaan yang mewah dan bergengsi. Apakah kalian tahu PT Freeport McMoran di Timika Papua yang beroperasi di bidang pertambangan emas dan mineral? Petronas di Kalimantan yang beroperasi dalam eksplorasi minyak? Kedua perusahaan tersebut hanya sebagian kecil dari sekian banyak perusahan asing yang beroperasi di Indonesia dengan modal kekayaan sumber daya alam nasional kita. Tak bosankah melihat masyarakat kita menjadi buruh orang asing di negeri sendiri? Memang di sisi lain bisa memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia, tapi apakah kita merelakan begitu saja kondisi seperti ini? Seharusnya kita wahai para intelektual! Wahai para intelegensi bangsa! Seharusnya kita yang berada di balik layar perusahaan tersebut! Tapi, apa daya kalau memang sumber daya manusia kita belum bisa menjangkau sampai ke sana. Relakah? Pengangguran sebenarnya bukan hanya kesalahan dari pemerintah semata yang ‘katanya’ kurang menyediakan lapangan pekerjaan, tapi kurangnya kreatifitas dan inisiatif dari diri kita sendiri dalam menciptakan lapangan pekerjaan.
Sudah menjadi suatu keharusan bagi kita sebagai mahasiswa memikirkan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang tak kunjung selesai ini. Sebagai seorang intelegen, kita harus siap terjun ke dunia kerja dan juga harus siap menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat Indonesia, apalagi bagi para lulusan dari disiplin ilmu yang berkaitan langsung dengan alam. Kita aplikasikan untuk mengkaji, mengeksplorasi, dan memanfaatkan kekayaan alam Indonesia yang sangat berpotensi sebagai lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat setempat. Berbagai kajian disiplin ilmu memiliki peluang yang sama dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang baru bagi diri sendiri dan masyarakat, bahkan semua kalangan pun sebenarnya bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri asalkan mereka mau berpikir kreatif, karena pada dasarnya manusia sebagai animal rational diberikan kekuatan berpikir dalam memecahkan beragam permasalahan hidup.
Tabel Kriteria Usaha Kecil dan Menengah Menurut World Bank
No
Usaha
Kriteria
Jumlah Karyawan
Jumlah Aset
Jumlah pendapatan/thn
1
Medium Enterprise
≤ 300 orang
≥ $15 juta
≥ $15 juta
2
Micro Enterprise
10 orang
 $100 ribu
≤ $100 ribu


Coba bayangkan kalau seandainya para intelegensi kita berhasil mengembangkan kreatifitasnya untuk mendirikan sebuah usaha sesuai dengan bidang yang ditekuni minimal untuk kategori micro enterprise saja setiap 1 orang intelegen akan memberikan peluang bagi 9 orang warga yang pengangguran, dan ketika 710.128 orang intelegen mau bergerak dan bangkit untuk mendirikan usaha dengan bekal yang ia peroleh dari perguruan tinggi, maka bisa jadi 1 % dari jumlah intelegen yang sebelumnya menganggur berhasil mencapai puncak di level medium enterprise sehingga akan tersedia lapangan pekerjaan baru untuk sekitar 2.130.300 orang dan sisanya berhasil dari usaha micro enterprise yang akan menghasilkan lapangan kerja baru untuk 7.030.270 orang dengan total lowongan pekerjaan untuk 9.160.570 orang melebihi jumlah pengangguran Indonesia sekarang ini. Jadi masihkah kita akan membiarkan masalah pengangguran ini mengakar? Kalau ia, apa yang menjadi penyebabnya? Tidak ada modal? Tidak ada dana untuk mewujudkannya? Atau mungkin langsung menunjuk pemerintah sebagai biang keladinya karena sulit untuk memberikan bantuan? Salah besar! Modalnya ada di sekitar kita, bahkan ada di dalam diri kita sendiri, di dalam pikiran kita. Kita satukan kreatifitas dan alam sebagai modalnya. Why not? Jangan pernah mempersempit pemikiran dan jangan langsung melihat hubungan antara dua hal sebagai hubungan sebab akibat, bisa jadi apa yang kita amati merupakan akibat dari berbagai hal. Di samping itu, pemerintah harus mengikuti irama dari masyarakat itu sendiri untuk bergerak bersama-sama mewujudkan cita-cita bangsa. Mari kita ciptakan zona bebas pengangguran di Indonesia, dan kuncinya adalah The law of attraction, ‘Think something, feel something, doing something’ Keinginan yang kuat disertai dengan tekad dan usaha yang gigih.

from netsains.net
read more

Belajar Cara Dewasa

Terkadang, kebiasaan-kebiasaan kurang baik seperti menunda-nunda pekerjaan, membuang-buang waktu, menganggap remeh, dan beragam kebiasaan kurang baik lainnya masih saja melekat dalam diri kita, meskipun sudah memasuki atmosfer perkuliahan. Berbagai alasan selalu diutarakan ketika mengalami masa-masa sulit seperti lupa mengerjakan tugas, atau tugas yang diberikan tidak dikerjakan secara maksimal pada saat dikumpulkan. Padahal, waktu penyelesaian tugas yang diberikan oleh sang Dosen atau asisten lebih lama dari proses penyelesaian tugas normalnya. Sepertinya hal itu sudah tidak asing lagi dalam penglihatan kita, bahkan sudah menjadi tradisi ketika tugas diberikan dalam tenggat waktu yang cukup lama, kita mengerjakannya hanya beberapa hari bahkan satu hari menjelang tenggat waktu tersebut. Padahal, kebiasaan tersebut bisa berpotensi menyebabkan tugas-tugas yang kita tunda-tunda bertumpuk dalam 1 tenggat waktu yang sama. Dampaknya, tugas tidak terselesaikan dengan maksimal, padahal tenggat waktu yang diberikan sebenarnya menguntungkan mahasiswa.
Seharusnya, setiap kebiasaan-kebiasaan keliru yang pernah kita lakukan dahulu bisa dijadikan pelajaran dan pengalaman yang berharga sebagai warning agar kita tidak pernah melakukannya kembali. Tapi, terkadang apa yang kita ucapkan dan kita rencanakan sulit untuk kita praktikkan jika kita tidak memiliki keinginan yang kuat untuk merubahnya. Tentunya, keinginan kuat itu harus diiringi dengan usaha dan kerja keras dalam mengikuti irama dari pergerakan hati yang menginginkan suatu perubahan besar. “Change one thing, change everything,” mengulas kembali pepatah dari sebuah film yang dibintangi oleh Ashton Kutcher berjudul The Butterfly Effect, bahwa Setiap 1 perubahan yang kita lakukan bisa memberikan potensi yang luar biasa terhadap perubahan komponen-komponen lainnya.
Tidak selamanya kita berada di pangkuan seorang ayah atau ibu, merengek dengan banyak permintaan, dan hidup penuh dengan ketergantungan. Tapi, kita akan dilepas untuk hidup dan berpetualang di alam bebas dengan permasalahan yang beragam, tapi penuh dengan khazanah kehidupan. Dari petualangan tersebut kita diberikan kesempatan untuk memetik buah sebagai reward, dan kualitas buah yang kita rasakan tergantung dari seberapa besar usaha yang telah kita lakukan. Jika hari ini kita pemuda, esok kita menjadi orang tua. Maka, mulailah untuk memikirkan bagaimana menjalankan mesin waktu yang kita miliki, agar kelak mampu melakukan pendaratan yang optimal. Salah satunya adalah dengan belajar cara dewasa.
Belajar cara dewasa bukan berarti kita harus melakukan apa yang dilakukan oleh orang-orang dewasa. Tapi, kita berusaha untuk disiplin dan tepat waktu dalam berkompetisi menggugurkan tanggungjawab yang telah kita sepakati, dan bisa menerima kekalahan dengan hati yang lapang. Salah satu contoh yang paling sederhana adalah tugas yang harus kita selesaikan sebagai seorang mahasiswa, misalnya. Seorang pemenang akan memanfaatkan waktu yang ada seoptimal mungkin dan selalu mencoba untuk menyelesaikan tugasnya. Ketika dia gagal, maka dia menerima kekalahannya dengan lapang dada, bukan berusaha memikirkan alasan apa yang tepat untuk membela kegagalannya, apalagi bersikap tidak jujur dengan hasil pekerjaan orang lain. Ingatlah kutipan dari ilmuwan kondang, Albert Einstein bahwa “A person who never made a mistake never tried anything new.”
Belajar cara dewasa dalam memahami proses adalah tugas utama dari seorang mahasiswa, agar suatu saat kelak mampu menjalankan tri dharma perguruan tinggi. Sudah seharusnya kita membangun fondasi yang kuat dalam mempersiapkannya. Fondasi tersebut tidak akan terbentuk jika kita tidak berani mencobanya. Jika kita tidak berani mencoba, maka kita tidak akan tahu di mana titik kelemahan kita. Poin yang paling krusial adalah mampu mengetahui di mana titik kelemahan kita. Mengapa demikian? Setiap manusia pasti memiliki kelemahan dan kelebihan, karena itu kita harus mengetahui di mana letak dari kedua bagian tersebut, hal itu sangat berguna untuk menjadikan keduanya bermanfaat.
Kita bisa belajar dari cerita tentang dua buah tempayan yang bisa berjalan, diadopsi dari pepatah Cina. Salah satu dari tempayan sebut saja tempayan A, sedikit retak dan memiliki lubang kecil di beberapa bagian tubuhnya, sedangkan tempayan lainnya sebut saja tempayan B, terlihat utuh. Setiap hari kedua tempayan tersebut diperintahkan oleh majikannya untuk membawa air dari sungai. Sebelum kedua tempayan itu mencoba melaksanakan tugasnya, tidak ada satu pun dari mereka yang tahu titik kelemahannya masing-masing. Tapi, setelah keduanya mencoba dan terus mencoba, perlahan-perlahan mereka mengetahuinya. Tempayan A mulai menyadari bahwa jumlah volume air yang ia bawa selalu kurang dari kapasitas seharusnya, sedangkan tempayan B dengan bangga bisa membawakan majikannya air sesuai dengan kapasitas seharusnya. Apakah karena kelemahan yang dimiliki oleh tempayan A menjadikan tempayan A tidak unggul dari tempayan B? Tempayan A sama unggulnya bahkan bisa lebih unggul dari tempayan B! Mengapa demikian? Belajar cara dewasa berarti belajar untuk bisa menerima kelemahan dan menjadikannya senjata untuk menjadi pemenang. Setelah menyadari kekurangannya, tempayan A mengambil jalur lain yang baru saja ditaburi benih-benih bunga oleh majikannya. Beberapa lama kemudian, benih-benih itu tumbuh kembang menjadi bunga cantik yang bisa dipetik dan dijadikan hiasan di dalam rumah majikannya. Ada keunggulan tersendiri yang dimiliki oleh tempayan A, tapi tidak dimiliki oleh tempayan B.
Belajar cara dewasa melatih kita untuk menjadi seorang pemenang yang kuat dengan pemikiran-pemikiran besar. Apabila kita tidak dibiasakan untuk belajar cara dewasa, berinisiatif memahami bidang yang kita tekuni, dan membangun insting dengan memperbanyak latihan memecahkan permasalahan-permasalahan di dalamnya. Maka, tidak akan ada ketertarikan dan rasa ingin tahu yang besar terhadap bidang yang kita tekuni. Bagaimana kita membangun sebuah pemikiran besar? Pemikiran besar itu berawal dari ketertarikan dan rasa ingin tahu yang besar terhadap permasalahan yang kita hadapi. Ketertarikan dan rasa ingin tahu itulah yang mengantarkan kita dalam sebuah pertanyaan yang kadang terdengar bodoh. Namun, siapa yang tahu bahwa pertanyaan bodoh kita ternyata menjadi sebuah pemikiran besar yang bisa merubah peradaban dunia.  “Any intelligent fool can make things bigger and more complex. It takes a touch of genius – and a lot of courage to move in the opposite direction.” kutipan dari Albert Einstein ini mewakili banyak kisah-kisah para ilmuwan yang nama besarnya tidak sebesar kisah hidupnya. Karya-karya luar biasa yang membesarkan nama mereka, dan karya-karya luar biasa itu berawal dari mencoba.

From netsains.net
read more

Bioinformatika Selayang Pandang dan Prospek Pengembangan ke Depan

IT (Information Technology) telah mencapai kemajuan pesat. PC di jaman sekarang sudah memiliki konfigurasi hardware yang sama sekali tidak dapat dibayangkan 10 tahun yang lalu. Google search telah memungkinkan kita mencari informasi apapun yang diinginkan, dan OS (Operating System) menjadi semakin mudah digunakan, interaktif, dan lebih gegas. Social Networking, seperti Facebook dan Twitter, telah menjadi wahana yang memperkuat silaturahmi antar benua dan bangsa yang berbeda. Cyberspace telah membuat dunia semakin sempit dan semakin mendekatkan individu yang satu dengan yang lain.
Di lain pihak, ilmu biologi pun juga telah melakukan terobosan yang sangat signifikan. Penemuan struktur DNA oleh Watson-Crick telah membuka jalan bagi pemecahan sandi kode genetik makhluk hidup. Pemecahan sandi genetik tersebut, telah melahirkan cabang ilmu biologi yang secara khusus mempelajari proses biologi dalam level molekul, yaitu biologi molekuler. Ilmu baru ini telah menghasilkan banyak ‘keajaiban’ dunia modern. Rekayasa Genetika, yaitu memodifikasi materi genetik di tingkat sel, menjadi sesuatu yang mungkin dan telah dipraktekkan dalam banyak lini. Vaksin dan obat baru telah diproduksi berdasarkan prinsip biologi molekuler. Walau mengundang banyak kontroversi, hasil pertanian berbasis rekayasa genetika telah hadir di pasaran. DNA forensik menjadi ilmu bantu yang penting untuk mengidentifikasi suspect teroris atau kriminal.
Adapun, biologi molekuler mulai menghadapi permasalahan manajerial data. Hasil eksperimen laboratorium (PCR, Micro Array, dll) telah dihasilkan dalam jumlah besar. Namun, pada awalnya belum ditemukan metoda untuk mengkonversi data-data eksperimen tersebut menjadi informasi yang berguna. Aplikasi yang ada, seperti aplikasi produktivitas kantor, sama sekali tidak cukup untuk menghasilkan informasi tersebut. Diperlukan aplikasi yang lebih spesifik, untuk memanajeri data-data biologis, agar menjadi informasi yang berguna. Dari kebutuhan tersebut, bioinformatika lahir sebagai ilmu yang baru.
Secara definisi, bioinformatika adalah gabungan ilmu komputer (IT) dan biologi. Seperti yang telah disebutkan diatas, tugas utamanya adalah untuk mengkonversi data-data eksperimen laboratorium biologi menjadi informasi yang berguna. Info tersebut bisa berupa teori riset dasar, seperti mekanisme kerja protein, atau mekanisme evolusi DNA. Namun bisa juga berupa hal yang aplikatif, seperti desain vaksin dan obat yang baru. Sebagai ilmu baru, ia memerlukan penguasaan yang kuat terhadap IT dan Biologi. Di Jerman, secara organisasi, kelompok riset Bioinformatika tetap berada dibawah Departemen Ilmu Komputer. Namun, secara kurikulum memasukkan banyak sekali mata kuliah dari Fakultas Biologi.
Prospek karir ahli Bioinformatika sangatlah cerah. Di Jerman, industri farmasi menggunakan jasa pakar Bioinformatika untuk keperluan desain molekuler dari produk kesehatan mereka. Lembaga Eijkman memiliki lab bioinformatika. Sementara, berbagai perguruan tinggi di Indonesia telah memulai memiliki kelompok riset bioinformatika.  Informasi genomik dan proteomik yang berlimpah hanya bisa diolah oleh seorang ahli bioinformatika. Mengapa? Sebab untuk meng’oprek’ data yang sangat besar seperti itu, hanya orang dengan latar belakang IT yang bisa melakukannya. Itupun yang memahami landasan biologisnya. Jika hanya memahami IT, namun Biologi tidak paham, atau memahami biologi, namun IT tidak paham, maka akan sangat sukar untuk memasuki bidang ini. Oleh sebab itu, kurikulum yang khusus mendidik pakar bioinformatika sudah seharusnya dipersiapkan. Singapura dan Malaysia, dua negara tentangga kita, telah memiliki program studi Bioinformatika, sama dengan di Jerman dan negara Eropa lainnya. Kedepannya, diharapkan Indonesia akan mengikuti jalur yang sama.
Demikian sepintas sharing saya mengenai Bioinformatika. Mengenai detail yang lebih jauh, akan saya share di artikel lain. Saya terbuka terhadap masukan dan sumbang saran. Terima kasih.

read more

Teknologi “Texting” untuk Tanaman yang Haus


Tanaman di rumah anda terlihat bagus, mencerahkan ruangan, memproduksi oksigen, membersihkan ruangan, menyaring gas beracun dan mengurangi kadar karbonmonoksida. Namun, mengapa begitu banyak dari kita lupa untuk memberi mereka minum ?
Sebagaimana kita ketahui bahwa tanaman merupakan organisme sesil yang tidak dapat bergerak dan berkomunikasi secara auditif seperti hewan dan manusia. Menjadi dokter tanaman (seperti saya, dalam domain biologi disebut seorang fisiologis tanaman) merupakan tantangan tersendiri. Tidak seperti pasien di dalam rumah sakit yang dapat mengeluhkesahkan penyakit mereka kepada dokter atau hewan yang melenguh-lenguh ketika rasa sakit menjadi di depan veteriner, tanaman memiliki mekanisme tersendiri secara genetis untuk bertahan secara individual terhadap semua cekaman lingkungan seperti satu contohnya yaitu kekeringan. Akan tetapi, jika cekaman tersebut tidak dapat diatasi oleh tanaman itu sendiri, maka yang terjadi adalah tanaman tersebut mati.
Itu sebabnya, ketika kita lupa menyiram tanaman di rumah atau di ladang, dapat berakibat fatal. Saya yang sudah bekerja sebagai “dokter tanaman” selama 5 tahun masih dibuat pusing untuk memahami mereka, apalagi para pembaca yang tidak bekerja pada bidang yang sama. Lalu, bagaimana bisa kita memahami tanaman yang tidak dapat berkomunikasi secara auditif ?
Baru-baru ini, sebuah sistem yang dinamakan “Botanicalls” telah dikembangkan oleh para peneliti dari Interactive Telecomunications (IT) di Amerika Serikat. Teknologi ini memungkinkan tanaman untuk mengirimkan pesan Twitter atau sms ke telpon genggam atau komputer anda manakala mereka membutuhkan air atau kelebihan air.
Rahasia dari teknologi ini adalah sebuah unit micro-controller (komputer mikro) yang tertempel pada tanaman dan terhubung pada sensor kelembaban tanah mikro. Sensor tersebut mengukur tingkat kelembaban dalam tanah dan mengubahnya menjadi informasi dalam bentuk gelombang elektrik. Gelombang elektrik yang dihasilkan dari sensor di tanah dikirimkan dari komputer mikro menuju jaringan server lokal. Para peneliti IT menambahkan sebuah sistem komunikasi visual dalam bentuk sms, twit dan bahkan auditif sehingga tanaman seolah berbicara kepada manusia. Dua bentuk sistem komunikasi inilah yang kemudian terkirim kepada pemilik tanaman.
Unik bukan ? Kit “Botanicalls” kini sudah dijual secara bebas di Amerika Serikat dengan banderol harga $99. Kit yang beredar saat ini adalah generasi ketiga. Tim peneliti IT terus berusaha untuk membuat inovasi baru agar kit tersebut lebih kecil dan lebih mudah lagi digunakan.
Kenapa teknologi ini muncul ? Dengan semakin tingginya tingkat polusi di Amerika Serikat, penduduk mereka mengharapkan udara berkualitas di hunian mereka. Tanaman rumah dapat membantu kualitas udara di dalam rumah. Mereka menyerap karbondioksida, benzena, formaldehid dan trikloroetilen yang berbahaya hasil pembakaran aktivitas rumah tangga seperti memasak, menyalakan lilin, tungku api dsb.
Secara pribadi saya berharap suatu hari, teknologi ini bisa berkembang lebih luas dan dapat digunakan di ladang, lahan pertanian dan perkebunan, tidak hanya terbatas di Amerika saja. Saat ini uji lapang tengah dilakukan di beberapa lahan swasta di Amerika Serikat.

From netsains.net
read more

Adds

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More